Family Blog

Keluarga Bahagia

Infeksi Sebelum atau Semasa Hamil

Umumnya, infeksi pada ibu hamil lebih dikenal dengan infeksi TORCH, yang terdiri dari toksoplasma, rubela atau campak jerman, cytomegalovirus dan herpes simpleks. Selain itu, ada juga infeksi staphylococcus yang kemudian dikenal dengan istilah ACA (anticardiolypin). Ada lagi infeksi yang disebabkan clamida yaitu sejenis virus, namun infeksi ini tidak banyak terjadi di Indonesia.

Toksoplasma

Penyebab: Ada anggapan bahwa selama ini ibu hamil tidak boleh memelihara binatang seperti kucing, anjing, dan lainnya karena bisa menyebabkan toksoplasmosis. Sebenarnya, yang jadi penyebab infeksi toksoplasma adalah cysts atau oocysts yang hidup setelah melalui siklus pada binatang kemudian baru berpindah pada manusia. Contoh, kotoran kucing yang kering dan mengandung oocysts bercampur debu tertiup angin dan jatuh di rerumputan, kemudian rumput tersebut dimakan oleh kambing. Nah, daging kambing tersebut jika tidak dimasak matang akan masih mengandung cysts yang hidup. Ibu hamil yang mengonsumsi daging tidak matang itu beresiko mengidap tokso. Maka itu, ibu hamil haruslah mengonsumsi daging yang dimasak matang karena cysys-nya akan mati. Selain itu, oocysts ini juga bisa terbang bersama debu tertiup angin dan hinggap pada makanan kita atau makanan yang ada dipinggir jalan, misalnya. Jadi ibu hamil jangan makan di sembarang tempat yang kemungkinan besar terkontiminasi oocysys.


Pada dasarnya cysts hidup dalam siklus hewan yang ada di darat, bukan hewan yang hidup di air. Jadi, untuk daging ikan mentah, belum terbukti apakah menimbulkan toksoplasma. Resiko terinfeksi toksoplasma juga terdapat pada transfusi darah, kesalahan laboratorium dan transplantasi organ.

Gejala Klinis: Sebagian besar tidak tampak secara kasat mata, namun demikian juga ditemukan seperti gejala flu biasa tergantung strain virusnya, usia, dan derajat imunitas tubuh atau daya tahan tubuh.

Diagnosic: Setelah pemeriksaan darah di laboratorium, akan terlihat hasilnya dan yang diperiksa adalah antibodinya bukan kumannya. Terbentuknya antibodi diawal infeksi kurang lebih 2 minggu kemudian terbentuk IgA, sedangkan IgM akan terbentuk lebih awal dan bisa bertahan sampai 6 bulan, IgG terbentuk kemudian dan bertahan lebih lama sampai 24 bulan.

Pemeriksaan serologik pada wanita hamil semester awal (1) didapatkan IgG positif, IgM negatif, maka perlu diulang 3 minggu kemudian, dan bila didapatkan kenaikan 4 kali lipat berarti adanya reaktivitas / kambuh. Sedangkan bila IgG dan IgM positif dan aviditasnya < 0,3 menunjukkan infeksi saat hamil dan perlu pengobatan. Sebaliknya jika > 0,3 kemungkinan besar infeksi lampau, perlu pemeriksaan pada bayi yang dilahirkan. IgG dan IgM yang ditemukan negatif, tetap dianjurkan pemeriksaan ulang pada trimester III (28-40 minggu).

Pengobatan: Normalnya, bila hasil pemeriksaan kadar antibodi IgG maupun IgM negatif, berarti tak ada toksoplasma. Jika IgM bernilai positif dan IgG positif maka harus diterapi, karena berarti ada infeksi. Jika hasil aviditas <0,3 berarti infeksi sebelum terjadi kehamilan, sedangkan > 0,3 berarti terjadi infeksi saat hamil, maka perlu dilakukan terapi. Jika ada peningkatan kadar antibodi sampai 4 kali secara kuantitas, berarti ada kuman yang aktif kembali dan perlu diterapi dengan pemberian obat-obatan antibiotika tertentu yang aman untuk masa hamil. Pengobatan dilakukan selama 3 bulan

Pencegahan: Idealnya, pemeriksaan toksoplasma dilakukaan saat pranikah / hamil, dengan anggapan sesudah menikah tentunya nanti akan hamil. Jadi, untuk mendapat keturunan yang baik haruslah dipersiapkan dengan baik pula, sehingga ibu tahu kapan boleh hamil / tidak, serta kapan dilakukan pengobatan jika memang ada tokso. Jika pemeriksaan tidak dilakukan sebelum hamil, paling tidak dilakukan saat hamil. Hanya saja pemeriksaan toksoplasma relatif jarang dilakukan kecuali ada indikasi semisal ada riwayat keguguran dan kecacatan bayi yang dilahirkan, hal ini terjadi karena pertimbangan biaya dan insiden kejadiannya dianggap sedikit dan jarang.

Rubela (Campak Jerman)

Penyebab: Virus yang ditularkan melaui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli.

Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan bercak merah di kulit serta terasa gatal. Bila keganasan virusnya rendah, adakalanya tidak tampak gejala klinisnya.

Diagnosis: Dilihat berdasarkan gejala klinis yang timbul dan dari pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela.

Pengobatan: Masih ada kontoversi apakah harus diterapi atau tidak. Jika ibu pernah terkena rubela di usia 15 tahun, kemudian menikah di usia 20 tahun, kadar IgG-nya positif. Hanya saja apakah antibodi IgG-nya ini protektif ataukah tidak? Jika dianggap protektif, maka tak perlu diterapi. Bila dianggap tidak protektif, tentu perlu terapi dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa obat virus tidak ada gunanya, tetapi yang penting adalah imunitas tubuhnya ditingkatkan.

Pencegahan: Lakukan vaksinasi Rubela pada penderita yang belum pernah terinfeksi atau kadar antibodinya IgG negatif dan melakukan tes darah paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan.

Sitomegalovirus

Penyebab: Virus ini dapat bersumber dari tenggorokan, ludah, ledir mulut rahim, sperma atau transfusi darah. Akibat dari infeksi virus ini bisa menyebabkan keguguran spontan, infeksi pada janin sehingga menimbulkan kelainan bawaan. Penularannya lewat kontak dengan penderita.

Gejala Klinis: Hampir sama dengan terkena flu biasa.

Diagnosis: Terdeteksi lewat pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) dan CMV Kultur atau bukan virus Cytomegalovirus.

Pengobatan: Dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Angka kejadian infeksi sitomegalovirus ini rendah di Indonesia.

Pencegahan: Hindari kontak secara langsung atau berhubungan seksual tanpa perlindungan.

Herpes Simpleks

Penyebab: Virus yang ditularkan lewat kontak badan dan seksual. Infeksi bisa tertular pada bayi di saat proses persalinan, karena ada gesekan dengan alat kelamin ibu.

Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan timbul gelembung / bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan dan sakit pada alat kelamin. Karena kondisi tubuh sedang lemah, kuman lain dapat numpang sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada paru-paru, dermatitis dan lainnya.

Diagonisi: Dari hasil pemeriksaan antibodi, bila hasilnya < 0,090 = negatif dan > 1,10 = positif.

Pengobatan: Dengan obat-obatan antiviral yang diberikan selama 3 bulan.

Pencegahan: Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini, maka agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi cecar.

Clamidia

Penyebab: Virus. Wanita hamil bisa terinfeksi melalui hubungan seksual atau dari lingkungan yang kurang bersih. Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa antibodinya.

Gejala Klinis: Biasanya tanpa gejala klinis. Hanya saja sering kali hamilnya susah, karena adanya perlengketan pada organ-organ wanita, semisal perlengketan alat saluran telur dengna organ sekitarnya, atau perlengketan saluran telur pada rahim dan lainnya.

Indikasi: Dari hasil pemeriksaan antibodi ibu. Satuannya IU/ml. jika hasilnya < 0,90 = negatif dan > 1,10 = positif.

Pengobatan: Pemberian obat-obatan antivirus, bisa sekitar 3 bulan.

Pencegahan: Pemeriksaan diri pada awal kehamilan sangat membantu penanganan.

ACA (Anticardiol Ypin)

Penyebab: Staphylococcus mengakibatkan kekentalan darah yang dapat berpengaruh pada penurunan kemampuan berbagai organ tubuh. Gangguan ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada ibu hamil saja.

Gejala Klinis: Mirip dengan yang dialami ibu hamil seperti cepat lelah, mengantuk, sering pusing, dan sulit konsentrasi. Serta gejala yang harus dicermati yaitu peningkatan tekanan darah tanpa sebab yang pasti.

Indikasi: Dengan pemeriksaan antibodi. Tergolong mild jika IgG-nya berkisar antara 15-20, moderate bila antara 20-80, dan high jika kadarnya di atas 80. Semakin tinggi kadarnya, semakin besar pula resiko terjadi keguguran. Pemeriksaan laboratorium dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Pengobatan: Terapi dengan obat-obatan dalam dosis yang tepat. Bila kadar antibodi antiphospholipid masih dalam batas yang dianggap “aman”, pengobatan cukup berupa tablet sejenis aspirin. Bila dari hasil pemeriksaan berikut kadar antibodi antiphospolipid tetap atau bahkan meningkat, pemberian obat dibarengi dengan suntikan heparin atau fraksiparin maupun suntikan lain sejenis yang harus dilakukan setiap hari. Suntikan tersebut relatif aman untuk wanita hamil karena terbukti tidak menembus barier plasenta.

Pencegahan: Hindari infeksi staphylococcus seperti infeksi tenggorokan. Hindari penularan lewat batuk, misalnya. Periksa segera bila mengalami flu yang tidak sembuh setelah terapi diberikan. Konsultasikan dengan dokter, dan periksa sebelum atau saat hamil.

November 30, 2009 - Posted by | Kehamilan, Kesehatan

6 Komentar »

  1. jika ibu hamil mengalami sakit perut dijanin dan kencing darah gmn ? ? ?
    (sakit perut pada hamil sangat bervariasi, sakit yang seperti apa dulu, kalo kenceng atau keras tidak terlalu bermasalah. Dan untuk kencing darah, itu bisa jadi faktor genetikal atau indikasi penyakit dalam. coba periksakan langsung saja ke dokter spesialis penyakit dalam, spesialis kulit dan kelamin untuk kencing darahnya serta kandungan untuk janinnya)

    Komentar oleh nowno | Maret 7, 2010 | Balas

    • wah..itu bahaya tuh bu kalo sampe kencing darah…langsung aja diperiksa deh ke dokter..kalo sakit dijanin tidak terlalu mengganggu (sakit bgt) ga masalah.

      Komentar oleh Mia | Maret 15, 2010 | Balas

  2. sy hani…q mengalami keguguran sbanyak 6x awalnya sy ngira klu itu karna torch ajatrus sy terapi torch 2th dan dinyatakan negatif n siap hamil…kmdn sy hml ke 5 ternyata gugur lagi pd usia 8mggu…setaun kmdn tak sengaja hamil lg ke 6 dan gugur lg pd usia 9mggu….ada masukan gak harus ngapain…trus trang stres banget neh,….

    Komentar oleh hani | Maret 15, 2010 | Balas

  3. Saya seorang pekerja di swasta, umurnya 32th, bulan maret kemaren saya baru saja keguguran, setelah keguguran dokter kandungan saya menyuruh untuk periksa ACA dan teryata ACA saya Ig M 42 dan Ig G 85, yang mau saya tanyakan adalah , apakah saya bisa hamil, dan apakah ACA saya ini bisa diturunkan / dinormalkan, apakah dampaknya bagi saya waktu hamil dan tidak hamil, makanan apa yang perlu dihindari supaya ACA tidak semakin tinggi ? Mohon diblas dokter, terima kasih

    Komentar oleh dorma nainggolan | April 11, 2011 | Balas

  4. Sy baru kehilangan bayi sy yg lahir prematur 24 minggu 2 hari… Krn waktu mengandung terkena infeksi (demam tinggi, 40 dc) akhirnya lahir. Bayi masuk NICU hanya bertahan 10 hari. Terakhir yg sy dapat krn Leukosit sy : 27.000 – 36.000. Infeksi apakah itu ?? Mhn kiranya bs dibantu…

    Komentar oleh erna | Juli 13, 2011 | Balas

  5. saya mau tanya..kaka saya sudah 4 tahun menikah belum juga memilki anak.sudah cek usg dan alternatif lainnya…tidak di temukan apa2.tp muncul pendapat mungkin tokso..
    apakah virus ini bisa memakan embrio????

    Komentar oleh iin marlina | April 26, 2013 | Balas


Tinggalkan Balasan ke Mia Batalkan balasan